Politik SABTU, 17 AGUSTUS 2019 , 19:59:00 WIB
Dalam pidatonya, Jokowi tidak berani menargetkan angka pertumbuhan ekonomi tetap berada pada level 5,3 persen.
"Ya ini salah satu PR buat kita bahwa kita
terjebak pada pertumbuhan 5,3 persen," ujar Sandi kepada wartawan di
Kampus UBK, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8).
Menurut Sandi, seharusnya pemerintah meyakini dengan sumber daya yang dimiliki
Indonesia dapat menggenjot investasi dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya
bagi masyarakat.
"Kalo kita bisa menggenjot investasi, kita bisa
meningkatkan lapangan kerja. Meningkatkan konsumsi dengan menjaga stabilnya
harga bahan pokok," kata Sandi yang juga penggagas gerakan OKE-OCE ini.
Lebih lanjut, Sandi juga mengaku, timnya telah melakukan kajian terkait Nota
Keuangan yang salah satunya menyoal pertumbuhan ekonomi 5,3 persen yang
ditargetkan pemerintah. Menurut Sandi, realisasi target yang berkutat di angka
5,3 persen itu akan diteliti dari berbagai perspektif terutama soal kemanfaatan
bagi masyarakat.
"Kami sekarang lagi meneliti nota keuangan yang kemaren disampaikan ada
beberapa poin, seperti pertumbuhan ekonomi 5,3 persen. Relistis atau tidak,
bagaimana penciptaan lapangan kerja, juga mengenai pola-pola kebijakan pangan
dan energi," kata Sandi.
"Sebagai tokoh yang terus mendorong (konsen) ekonomi, saya dan tim kita
harus meneliti nota keuangan itu satu persatu, ini berpihak kepada rakyat
tidak?," imbuhnya mengakhiri.
Sebelumnya, Pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional berada di angka 5,3 persen pada tahun 2020. Laju inflasi akan dijaga pada angka 3,1 persen. Angka ini lebih rendah ketimbang target inflasi sebelumnya sebesar 3,5 persen. Dan nilai tukar rupiah, diproyeksi berada pada kisaran Rp 14.400 per dolar AS. [irm]
MINGGU, 08 DESEMBER 2019
MINGGU, 08 DESEMBER 2019
MINGGU, 08 DESEMBER 2019
MINGGU, 08 DESEMBER 2019
MINGGU, 08 DESEMBER 2019
MINGGU, 08 DESEMBER 2019